A Simple School Life
A Naruto Fanfic By Meeeeh
Disclaimer: Naruto belong to Masashi Kishimoto
Warning : AU, OOC, Typo berkeliaran dan berkembang biak.
Perkenalkan, aku
adalah Uzumaki Naruto, 16 tahun. Seorang pemuda yang tumbuh dengan normal,
tidak memiliki skill khusus dalam hal
apapun. Yah… semua skill yang aku
punya adalah skill yang pas-pas,
sesuai dengan apa yang aku bilang sebelumnya.
Well, lupakan soal toge
gaje itu! Hmm, setidaknya aku harus bersyukur karena setidaknya di sekolah ini aku tidak terlalu
berada di peringkat terbawah dalam urutan akademik. Setidaknya masih ada si
Tobi yang dulu mendiami kelas X selama 5 tahun dan selama 2 tahun belakangan
ini masih betah menjadi murid kelas XI dan pas ditanya alasannya kenapa betah
banget ga naik kelas, si Tobi bilang dia ga mau cepet lulus dan jadi cepet tua(sungguh
alasan yang tidak masuk akal). Denger-denger nih, kebiasaannya menetap dikelas
itu udah dilakukannya semenjak dia kelas 1 SD dan minimal jangka waktu
menetapnya itu 3 tahun dimasing-masing tingkat (jadi kira-kira berapa tahun dia
mengenyam pendidikan selama ini yah?). Aku juga bersyukur menjadi anak yang
tak-bersinar-namun-tak-redup sehingga banyak teman-teman yang tidak tau tentang
keberadaan-ku bahkan banyak anak-anak di kelasku yang tidak tau kalau aku ini
ternyata salah satu murid kelas tersebut. Miris memang, namun tentu keberadaan
yang undefined menguntungkan aku saat
menghadapi para guru, setidaknya guru jarang sekali menyuruhku maju untuk
mengerjakan soal-soal darinya.
Sebenarnya aku
masih bisa menikmati bersekolah disini, karena aku memiliki beberapa sahabat
dekat walau mereka semua berada di kelas yang berbeda denganku. Jangan tanya
mengapa mereka bisa bertemu denganku, karena pertemuan kami ini benar-benar
jauh sekali dari lingkungan sekolah. Mereka itu tetanggaku dan merupakan teman
mainku semenjak aku kecil. Walau sekarang mereka sibuk dengan kegiatan mereka
masing-masing, setiap hari kami masih menyempatkan diri untuk berkumpul saat
jam istirahat dan memakan bekal kami bersama di atap gedung. Hei!
Ngomong-ngomong soal istirahat, barusan aku mendengar bel istirahat berbunyi.
Aku segera
merapikan buku-buku yang bertaburan di mejaku lalu menyimpannya dibawah laci.
Sedikit terburu-buru mengambil bento-ku dan ingin bergegas ke atap. Oh ya, aku
lupa memberi tahu kalau kelas-ku berada di lantai 2 gedung sekolah dan kelas
teman teman-temanku itu berada di lantai yang lebih atas dariku, jadi saat jam
istirahat akulah yang harus paling terburu-buru menuju atap. Kalau aku telat,
siap-siap saja deh mendapat deathglare
dari para nakamaku itu. Huh, siapa
yang mau mendapat deathglare dari mereka
sih? Menakutkan sekali bila membayangkannya…
“Hei Naruto,
terburu-buru sekali eh?” suara itu muncul dari arah belakangku.
“Oh, Shika… Iya,
aku sudah ditunggu oleh teman-temanku di atap. Aku ga mau telat, kau tau kan
mereka kalau marah itu seperti apa? Menakutkan sekali…” aku menampakkan
ekspresi ketakutanku pada pemuda pemalas yang ada di depanku. Namanya Nara
Shikamaru, dia adalah orang yang paling dekat denganku di kelas ini. Pemuda
yang memiliki sikap super-duper malas ini sebenarnya anak yang sangat jenius di
kelas, namun sayang karena sikap tukang tidurnya itu membuat dia menjadi anak
yang ‘hampir’ tak terlacak di kelas kalau saja tak ada Anko sensei yang suka sewot kalau melihat ada
murid yang tidur di jam pelajarannya. Jadilah anak-anak sekelas ‘menyadari’
keberadaannya, walau hanya diingat sebagai murid yang ‘tukang tidur’.
“Huh… Mendokusei…”
“Kenapa
memangnya Shika?”
“Padahal aku mau
minta temani kamu mengerjakan tugas dari Iruka sensei tetapi karena kau sedang sibuk sepertinya aku harus mengerjakannya
sendiri.”
“Eh? Minta
tolong kerjakan tugas? Emangnya tugas apa?” aku mengerjap-ngerjapkan mataku.
Tumben sekali dia minta tolong terhadapku mengenai tugas dari sensei.
“Dia menyuruhku
membantu mengoreksi hasil tes kemarin. Katanya sebagai hukuman karena aku
tertidur saat mengerjakan soal tes kemarin. Dasar! Padahal aku sudah
mengerjakan semua soalnya! Mendokusei!”
“Hmm, memang
kapan hasil tes itu harus selesai dikoreksi?”
“Hari ini…”
“Memang disuruh
mengoreksi hasil tes kelas berapa?”
“Semua kelas yang
diajari Iruka sensei, dari kelas XI-1
sampai XI-6. Huh… mendokusei…”
“Sulit juga ya…
Baiklah setelah makan siang aku akan mengusahakan membatumu. Eh,
ngomong-ngomong sudah berapa lembar yang telah kau koreksi?”
“Belum sama
sekali…”
“…” aku tak bisa
berbicara apa-apa.
“Ahh… Mendokusei! Aku harus mengerjakan tugas
itu sekarang.” dia mengalihkan perhatianku yang tadi sempat terhenti sesaat.
“Kau bilang kau harus menemui teman-temanmu eh?”
“Astaga aku
lupa! Jaa ne Shika! Maaf ga bisa banyak bantu ya!”
Aku berlari
meninggalkan Shika menuju atap gedung. Oh tidak! Aku harus cepat sekarang! Uh~
aku harus menaiki tangga 3 lantai lagi untuk mencapai atap. Uh… mendokusei!!
-o-O-o-
BRAAAAAAAAK!!!!!
“Huwaaaa… Gomen
ne! aku telat! Hosh hosh hosh!” aku sibuk mengatur napasku. Siapa sih yang
tidak kehabisan napas kalau disuruh lari secepat mungkin menaiki tangga
sebanyak 3 lantai? Kiba yang suka melakukan perjalanan a’la Ninja Hatori (mendaki gunung lewati
lembah) saja masih ngos-ngosan kalau disuru narik truk pake gigi(?). Aku segera mengalihkan pandanganku ke arah 3
orang nakamaku yang sepertinya sudah
datang beberapa menit lebih awal dariku.
“Ugggh! Bisa ga
sih buka pintu lebih hati-hati sedikit, Dobe!”
laki-laki dengan rambut raven dan
ditata a’la pantat ayam itu memasang wajah betenya saat menatapku. Pemuda yang
bernama Uchiha Sasuke ini adalah sahabat yang paling dekat denganku disini,
mungkin karena dia yang pertama aku kenal di kompleks-ku saat aku kecil.
Mungkin bisa dibilang kami sudah saling mengetahui kebaikan dan keburukan
masing-masing.
“Hei Naruto-baka, kenapa lama sekali sih? Sudah 10
menit waktu kami terbuang hanya untuk menunggumu.” kali ini laki-laki yang
memiliki rambut panjang sepinggang a’la bintang iklan shampoo yang menegurku. Dia bernama Hyuuga Neji, penerus clan Hyuuga yang terkenal itu. Diantara
3 nakama-ku yang lain, mungkin dialah yang sedikit lebih pengertian. Tapi kalau
berhubungan dengan waktu yang terbuang, si tuan muda Hyuuga ini ga bisa
kompromi. Mungkin dia tidak akan marah padaku, tapi dia biasanya menyindir
dengan kata-kata yang lumayan… hmm… “padahal dengan 10 menit waktu yang
terbuang, aku bisa melakukan hal yang lebih penting. Dengan waktu 10 menit,
mungkin aku bisa menyelesaikan masalah perusahaan yang be…” menyebalakan
mungkin?
“Iya… Iya…
maafkan aku Neji-sama!” aku memotong.
“Lagipula aku kan disini yang letak kelasnya paling bawah. Neji-sama dan si Teme ini kan di lantai 2, sedangkan kelas Gaara ada di lantai 3
jadi wajarkan aku yang paling terakhir sampai sini?!” aku membela diri.
Sedikit menarik
napasku, aku melangkah menuju tempat nakama
ku itu duduk. Tapi… tu… tunggu! Aku merasa ada aura kelam yang dari balik tubuh
Neji. Aku melirik sedikit kearah sana, dan benar saja! Ternyata eh ternyata,
dibalik rambut indah sang Neji-sama
ada seekor*coret*, sebuah*coret* hm… seonggok*coret*, seorang lagi yang sedang
duduk sambil memakan bento dengan
lahap dan sehat(?) dan juga… dari tubuhnya tak henti mengeluarkan aura hitam…
ughh… menakutkan~ Tapi! Bukan aura hitam yang menjadi permasalahan disini!
“Hei Panda!!!!
Kenapa kau makan bekal duluan hah?!!!” aku marah sambil nunjuk-nunjuk mahluk
berwajah panda yang lagi mengeluarkan aura mistiknya itu. Mukanya udah bete
tingkat dewa, sampe berubah jadi ‘joker
face’ kayak lagunya lady ngakngak
*plak.
“…” tidak ada
jawaban. Dia tetap memakan bento
dengan nistanya.
“Hei! Jawab aku
dooong?!” aku menatap penuh emosi dan nafsu (ingin membunuh) kearah temanku
yang berambut merah itu. Laki-laki yang bernama Sabaku Gaara itu tetap tak
memberi tanda-tanda kehidupan (?).
Tapi tiba-tiba
dari belakangku ada yang menarik kecil seragamku. Aku menoleh kearah sang
penarik itu, ternyata itu adalah si tuan muda Hyuuga. Dia menginterupsikan
supaya aku menghentikan kegiatan berinteraksi dengan arwah penasaran *dibunuh
Gaara* eh… maksudku dengan tuan Sabaku itu. Aku pun duduk diantara Sasuke dan
Neji sambil membuka bento ku yang
hanya berisi roti isi telur. Seandainya saja aku punya pacar, pasti setiap hari
makanku terjamin karena ada yang membuatkan aku bento yang penuh rasa cinta dan ramen (?) di dalamnya.
“Itu semua
gara-gara kau Dobe!” si Uchiha muda
itu berbisik ke arahku sambil mengunyah bekalnya. Aku pun melirik sedikit isi bentonya. Di dalamnya tertata rapi nasi
dan beberapa lauk serta tak ketinggalan tomat yang bertumpuk dibagian pinggiran
nasi tersebut. Itu semua menggodaku (kecuali tomat yang menghiasi hampir
seluruh pinggiran bento tersebut) terutama telur dadar yang ada disitu yang
hanya ada satu. Begitu berkilauan~~
“Ano.. Sasuke…
boleh aku… hmm… ano…” aku malu-malu mau lanjutin kata-kataku. Sasuke tetep
lanjutin makanin tomat yang ada di sekeliling bentonya tersebut.
“Hei, aku sudah
selesai dengan tomat-tomatku. Ada yang mau sisanya?” apa…? Apa tadi katanya?
Sisa?? Jadi dia hanya memakan tomatnya saja? What the… tau kalau begitu tadi
aku ajak dia tukeran bento!
“Berikan itu
padaku!” tuan Panda bersuara dengan sedikit membentak. Segera mengambil bekal
Sasuke dan melahapnya dengan tidak elitnya. Aku heran, rasanya ini bukan akhir
musim gugur deh. Belum saatnya panda berhibernasi kan? Aku Cuma bisa bengong,
mengerjap ngerjapkan mataku, lalu baru tersadar… TELUR DADAR
KU?!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
“Terimakasih
atas jamuannya…” dia meletakan wadah bekal milik Uchiha. Benar-benar habis tak
bersisa. Aku hanya bisa menatap nanar kearah kotak bento itu. Mau marah tetapi
aku tidak mau mengganggu mahluk yang katanya lagi bad mood itu.
“Hei Naruto!”
terdengar suara berbisik lagi dari samping kananku. “Gaara lagi uring-uringan
nih, sepertinya dia sebal tadi dimarahi habis-habisan oleh Temari-senpai… Jadi jangan diambil hati
prilakunya yang seperti itu, maklumi saja dia yang seperti itu ya.”
“Oh” aku melirik
ke arah Gaara. Sedikit lega karena ternyata bukan aku penyebab kemurkaannya.
Tapi tetap bete karena telur-ku diambil… “Baiklah, aku mengerti Neji-sama, tetapi kenapa harus aku yang jadi
korban kebeteannya sih?! Huh! Menyebalkan!” aku berikan tatapan sinisku
terhadap panda berbulu merah tersebut, tapi sontak dibalasnya dengan deathglare yang mengerikan.
“Apa hah?!”
Gaara akhirnya menanggapi. Walau deathglarenya
belum juga hilang.
“Ah… Tidakkk…”
aku menjawab dengan takut-takut. Tak berani menatap Gaara secara langsung.
“Kalian ini
seperti anak kecil… sudah-sudah… lihat tuh si bocah Uchiha udah pergi duluan.”
“Eh?!!!” aku
kaget. Dasar Teme sialan!
Berani-beraninya meninggalkan teman-temannya.
Aku mengalihkan
pandangan ku ke arah bento Neji yang
ada di sampingku. Ternyata masih tersisia 2 onigiri.
Huah! Aku mau! Pokoknya kali ini harus berhasil meminta! Yosh! Fight!
“Neji, aku boleh
memakan oni…”
HAAAPPP
Aku
bengong,kotak yang berisi onigiri itu sudah berpindah tangan.
“Onigirinya enak Neji. Siapa yang
membuatnya?’
“Oh, Hinata yang
membuatnya. Kalau kau suka, aku akan meminta dia membuat lebih buatmu.”
“Oh tentu saja,
boleh juga ide-mu…” Gaara kembali mengunyah onigiri
keduanya. Aku cuma bisa pundung sambil ngorek-ngorek hidung.
BRAAAAAAAAAAAAAAAAAAAAK
“A… APA?!!
HINATA YANG MEMBUATNYA?!!!” si Teme tiba-tiba
datang tanpa dijemput padahal disini sedang ga ada pesta (Sasuke : lu kira gue
jelangkung?!!).
“Ugggh! Bisa ga
sih buka pintu lebih hati-hati sedikit, Teme!”
aku mengopy kata-kata yang diucapnya saat tadi menyambutku.
“Huaahahaha… si
Uchiha ini cemburu?! Wajahmu jelek sekali Uchiha kalau sedang menahan blushing! Seperti cumi-cumi penjual tako! HUAAAHAHAHAHAHAHAHA...” Gaara
tertawa lepas, aku dan Neji hanya bisa sweatdrop
sedangkan si Uchiha hanya bisa menahan wajah blushing yang lebih mirip seperti menahan keinginan kalau mau ke
belakang. Memang lucu sih, tapi melihat perubahan wajah Gaara yang dramatis itu
lebih membingungkan. “Hei Saskey aku
besok mau dibuatin bekal loh sama adiknya Neji! Si Hinata-hime itu! Kau pasti iri kan?! Huahahahaha!” Dia tertawa sambil
memasukkan potongan besar onigiri yang
tersisa. Lalu… kau tau apa yang selanjutnya terjadikan?
“UHUUUK! A…
aku~~~ bu…butuh a… air~!!! Uhuk uhuk!” Gaara bicara dengan efek dramalisasi,
seolah ditimbun batu sebesar gunung. Aku dan Sasuke cuma bisa SWT namun tuan muda Hyuuga sudah tampak
panik.
“Hei Gaara?!!
Kau tak apa hah?!! Tu… tunggu… aku ambilkan air!!” Neji berlari keluar atap.
Entah apa yang dia tuju, mungkin dia ke kantin membelikan minum buat Gaara. Aku
dan Sasuke lagi-lagi hanya bisa menatap nanar sambil ber-SWT ria.
“Neji itu
terkadang terlalu over-acted..” aku
bicara ke diriku sendiri lalu mengalihkan pandanganku dari pintu atap menuju
Gaara. “Padahal aku kan bawa mi…”
“TAHAN GAARA!
AKU AKAN MENOLONGMU!!!” Sasuke berteriak, sambil berpose a’la Ultraman pas bilang ‘swat’ di balik punggung Gaara. Dengan
muka yang terlihat… penuh dendam(?). OH MY
GIGI?!!!!!!!!!!!!
BUUUAAKKKK
“Hoeekk…”
Akhirnya…
keluarlah si isi onigiri yang
nyangkut di tenggorokan Gaara dengan selamat pada pukul 13.13 lewat 13
detik(?). Ternyata isi dari onigiri tersebut
adalah manisan plum bulat dengan diameter kira-kira 3 centimeter.
“Gimana? Sudah
baikan Gaara?” Sasuke bertanya dengan wajah tanpa dosa.
“Ugh… well…” Gaara mencoba bangkit dari
keterpurukan sehabis ‘ditolong’ Sasuke.
“Kau baik-baik
saja Gaara?” aku bertanya menunjukkan perhatianku. Padahal sih udah tau
jawabannya bagaimana.
TENG TENG TENG
“Aah… sudah
masuk ya?” Sasuke memcahkan suasana yang sejenak sunyi itu.
“Hah?!! Udah
masuk? Aku janji mau menemani Shikamaru mengerjakan tugas lagi! Aa… Gomen ne,
aku ke bawah duluan ya teman-teman!” aku bergegas merapikan bekalku dan
bersiap-siap meninggalkan atap.
“Ok! Oh ya Naruto,
aku boleh menitipkan wadah bento ini
ke Hinata? Kau satu kelas dengannya kan? Neji itu pergi tanpa membawa kotak bento ini, aku yakin kalau aku
mengembalikan langsung ke dia pasti disuruh memberikannya ke Hinata. Mana mau
dia membawa kotak bekal yang bergitu cewek begini…”
'“Oh… ok, siap tuan
Panda!” aku tersenyum kearahnya.
“Hei tunggu! Aku
ikut dengan-mu Dobe!”
“Eh? Ngapain?
Kelasmu kan di lantai 4, jauh kalau ke tempatku.”
“A… aku ada
perlu dengan… I… Itachi-nii!!!”
terlihat jelas sekali wajahnya memerah. Kali ini tuan Uchiha itu tidak menyembunyikan
wajah blushingnya, takut dibilang mirip cumi-cumi lagi sama si Gaara mungkin?
“Hahaha… ok, ayo
ikut dengan-ku! Sepertinya kau tidak percaya sekali sih sama aku? Aku ga akan
mengambil Hinata-mu itu kok!” aku terkekeh melihat tingkah laku Sasuke.
“Hei… aku bilang
kan aku mau menemui Itachi-nii!”
“Hahaha,
yayayaya… aku percaya… Ayo pergi! Aku tak enak sama Shika kalau aku telat
sampai ke kelas.”
-o-O-o-
“TEMAN-TEMAN!
AKU BAWA AIR MINUMNYA!!!”
BRAAAAAAK
“Hosh! Maaf…
Tadi sensei memanggilku untuk
mengurusi perihal klub… Hosh! Jadi aku sedikit te…”
Kriik kriiiik kriiiik
[suasana di atap
kosong]
-o-O-o-
OWARI :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar